Umar dilahirkan
di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al
Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani
Makhzum. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Keluarga
Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga
dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh
kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup
sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah
memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali
perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana
diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan
mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum
anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama
sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang
memabukkan) secara tegas.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah,
Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan
bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling
mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan
seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia
lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling
sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad
S.A.W.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad S.A.W., Umar
memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun saat dalam
perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad
S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa
saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar
terkejut dan pulang ke rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al
Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan
memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya
ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia
lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca
tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk
Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir
seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras
menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad
S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut,
akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang
atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini
diketahui selalu membelanya.
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarangMadinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar,
Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya
(Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap sebagai
seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena
selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga
karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi
Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan
ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia
ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12
Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara
keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling
terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau
menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar
berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya
sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia
menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi
Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah
Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."!
Abu Bakar
mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk
Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah
seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al
Qur'an dan
mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan
Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah
peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan
dilaksanakan. ya Allah
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu
penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634,
Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam
sejarah Islam.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan
Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan
ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada
tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang
mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian
selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu,
jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan
Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan
kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang
untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih
untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638,
ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses
kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi
gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup
sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang
fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah
orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar.
Pembunuhan ini konon dilatar belakangi dendam pribadi Abu Lukluk
(Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,
yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi
pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan
khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
- Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
- Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar